KREDIT:๐๐ฎ๐ฅ๐ญ๐๐ง๐'หขแถป'โฟ
"Tidakkah engkau minta agar Allah memenangkan kita?"
Kali ini
kita tidak akan membahas jawaban Rasulullah ๏ทบ atas pertanyaan itu, sebab sudah
banyak teman-teman yang tahu. Yang kita bahas justru adalah Khabab. Ia, adalah
sahabat Nabi, hidup bersama Nabi, berjuang di samping Nabi. Namun keadaan yang
serba berat dan tak baik-baik saja membuat beliau seakan "meminta
peneguhan" tentang kapankah kemenangan bagi Umat Islam disegerakan?
Beberapa orang di zaman ini mungkin akan mempertanyakan: kenapa Khabab yang
merupakan sahabat nabi saja bisa bertanya seperti itu?
"Sebab
memang begitulah manusia pada asalnya", Dr Raghib Sirjani mentaddaburi
pertanyaan Khabab. Pada dasarnya manusia itu lebih suka dengan ketergesaan dan
penyegeraan. Segera dapat. Segera jaya. Segera menang. Dan itulah mengapa Allah
dengan terang benderang mengatakan pada kita, "Manusia diciptakan
(bersifat) tergesa-gesa." Bahkan ayat itu Allah tutup dengan kalimat yang
sangat kuat, "Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda
(kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya." (QS Al Anbiya
37)
Dan saya
yakin pertanyaan dengan nada sama pernah muncul di benak kita berkenaan tentang
rasa sakit yang rakyat Ghazzah rasakan. Kita berucap, "mengapa Allah tidak
segera menolong Ghazzah dan menghancurkan penjajah?". Tapi saya yakin,
saat kita bertanya tentang hal itu, kita juga punya keyakinan yang penuh bahwa
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dengan sendirinya, pada akhirnya, kita
tahu bahwa Allah sedang menyiapkan sesuatu. Allah bukan sedang tidak menolong
Ghazzah. Justru Allah sedang membuat takdir yang indah di akhirnya yang kita
belum tahu.
Itulah yang
dikatakan Grand Syaikh Al Azhar Syaikh Ahmad Thayyib, "manusia memiliki
perhitungan-perhitungan mereka sendiri yang berbeda dengan perhitungan Allah
Ta'ala. Dan selalu saja, tentu ada kekurangan dalam pandangan manusia. Dan ada
kecenderungan untuk tergesa-gesa dalam menilai segala sesuatu, terutama ketika
mereka berada dalam kondisi yang sulit." (Barnamij Imam Ath Thayyib)
Ada banyak
sekali hikmah yang terjadi sejak Thufan Al Aqsha. Dunia berubah dalam melihat
Islam. Dunia berubah dalam mendefinisikan makna hidup setelah mereka melihat
keteguhan orang-orang Ghazzah. Bisa saja Allah langsung memenangkan mereka di
hari pertama pertempuran. Pasti. Allah Mahakuasa. Tapi "Allah ingin
mendidik umat ini dengan kejadian ini", kata Dr Raghib Sirjani, "Dia
ingin mengangkat derajat orang-orang Ghazzah dan membuat Umat Islam kembali
pada-Nya."
Dan, ya,
mendengar jawaban itu saya mengangguk khusyu. Ghazzah sedang menjadi
"pembeda" yang menyeleksi mana yang peduli pada Islam dan mana yang
bermain-main. Seorang jurnlis Ghazzah, Muhammad Haniya menulis, "Thufan Al
Aqsha itu seumpama tes DNA, yang mampu menjelaskan siapa anak kandung Umat
Islam dan mana yang hanya pura-pura menjadi anaknya." Dr Raghib pun
menyampaikan yang hampir senada, "orang yang paham Islam, maka akan
membela qadhiyah Palestina."
"Namun, apakah Allah membiarkan kezaliman berlangsung lama?", beberapa orang bertanya. Kau tahu? Ada hadits luar biasa yang Rasul ๏ทบ kabarkan lugas, "Sesungguhnya Allah Azzawajalla membiarkan sementara waktu kepada orang zalim, tetapi apabila Allah mencabutnya, maka Dia tidak akan melepaskannya" (Shahih Muslim 2583). Mungkin kita sedang menzamani masa-masa itu, namun semoga kita kelak bisa menyaksikan langsung saat musuh dicabut sampai ke akarnya, dan Allah tidak melepaskannya.